Bekas Limbah Migas Ternyata Bisa Diolah Jadi BBM Hingga LPG

Jakarta, CNBC Indonesia – Gas buang dari hasil produksi minyak dan gas bumi (migas) ternyata bisa dimanfaatkan lagi untuk diolah menjadi bahan bakar.
Hal ini seperti yang tengah dilakukan PT Mirah Ganal Energi.

Presiden Direktur PT Mirah Ganal Energi Kadafi Yahya mengatakan bahwa pembuangan berupa flare gas yang dihasilkan dari lapangan migas bisa dikonversi menjadi Liquefied Petroleum Gas (LPG), Liquefied Natural Gas (LNG), juga bahan bakar lainnya.

“Pembuatan flare-flare itu sebetulnya komponennya bisa menjadi 3 komponen jelas. Bisa dikonversi sebagian jadi LNG, bisa diproses jadi LPG, kalau dari kondensat jelas jadi bahan bakar,” jelas Kadafi dalam acara “Energy & Mining Outlook 2023” CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (23/02/2023).

Dia mengatakan, pemanfaatan flare gas ini bisa membantu Indonesia dalam menjaga ketahanan energi dan mengurangi jumlah impor minyak dan LPG di Indonesia.

Jadi opportunity besar dan luas, dan saat ini pemain mikro atau mini ini masih sangat minim, tapi bisa bantu pemerintah me-reduce impor dan membantu ketahanan energi,” ungkapnya.

Kadafi menyebut bahwa pihaknya menargetkan bisa menghasilkan kondensat hingga lebih dari 30 ribu barel dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

“Mirah sangat antusias untuk mencapai tujuannya dalam lima tahun ke depan, bisa mencapai lebih dari 30 ribu barel kondensat jika itu memungkinkan,” pungkasnya.

Untuk mewujudkan target tersebut, pihaknya telah meneken kontrak sebesar US$ 2 miliar atau setara Rp 30,4 triliun (asumsi kurs Rp 15.213 per US$) dalam program mengolah flare dan kondensat. Pengolahan juga diproses melalui penggunaan teknologi tinggi di dunia.

“Kita tanda tangani hampir US$ 2 miliar dengan satu perusahaan untuk support PT Mirah untuk proses gas flare, kondensat atau dalam hal me-reduce pembakaran. Mirah juga berkolaborasi dengan sebagian teknologi di dunia, seperti dengan AS, Kanada, dan Rusia dalam hal menggunakan teknologi mereka untuk memproses flare yang ada di Indonesia ini,” jelasnya.

Mengutip situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, flare gas biasa dikenal juga dengan flare stack adalah alat pembakar berbentuk vertikal yang biasa digunakan dalam sumur minyak, sumur gas, alat-alat pembor, kilang, pabrik kimia dan kilang gas alam.

Flare gas atau gas suar bakar saat ini merupakan limbah yang merusak atmosfer dan penyebab kerusakan lingkungan yang berat. Flare gas juga menjadi salah satu pemicu terbesar naiknya temperatur bumi.

Gas yang dihasilkan dari pemisahan minyak ini sebagian besar adalah gas metana. Gas metana ini merupakan gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global seperti hal nya karbondioksida, tetapi perbedaannya dengan karbondioksida adalah gas methane ini 21 kali lebih merusak daripada karbondioksida. Di samping itu, gas yang terproduksi tersebut biasanya juga banyak mengandung CO2 dan H2S yang dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*