Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, kelompok industri petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, sarung tangan karet dan lainnya merupakan konsumen pengguna gas terbesar, yakni mencapai 35,15% dari total realisasi penyaluran gas hingga Maret 2024.
Hingga Maret 2024, realisasi rata-rata penyaluran gas RI mencapai 5.367,7 miliar British thermal unit per hari (BBTUD).
Seperti diketahui, kelompok industri tersebut merupakan penikmat gas “murah” atau US$ 6 per juta British thermal unit (MMBTU).
“Untuk gabungan berbagai industri seperti petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, sarung tangan karet dan lainnya mencapai 35,15%,” ungkap Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (13/05/2024).
Sementara untuk satuan industri, dia menyebut, pengguna gas domestik paling besar adalah industri pupuk dan industri kelistrikan. Adapun masing-masing besarannya adalah 12,39% dan 12,32% dari total realisasi penyaluran gas hingga Maret 2024.
Hudi mengatakan, dalam mengalokasikan pasokan gas di domestik, SKK Migas selalu berpegang pada aturan yang ada, antara lain Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2016 mengenai ketentuan dan tata cara penetapan alokasi dan pemanfaatan serta harga gas bumi, Keputusan Menteri ESDM Nomor 91.K/MG.01/MEM/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri, serta ketentuan terkait lainnya.
“Secara sektor industri, pengguna gas domestik paling besar adalah industri pupuk dan industri kelistrikan, yang masing-masing adalah sebesar 12,39% dan 12,32%,” kata Hudi.
Lalu, pemanfaatan gas untuk domestik LNG sebesar 11,69%, sedangkan gas yang digunakan untuk keperluan lifting minyak mencapai 3,26%. Pemanfaatan domestik lainnya antara lain untuk domestik LPG 1,36%, bahan bakar gas (BBG) 0,08%, gas kota (jargas) 0,31%.
Hudi menjelaskan, pemanfaatan gas sangat meluas, mulai dari rumah tangga, bermacam-macam industri hingga transportasi. Transisi energi akan menempatkan peranan gas lebih strategis dan konsumsi gas ke depannya akan meningkat.
Ia mengharapkan, harus ada keterlibatan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri midstream dan hilir karena tren meningkatnya produksi gas akan terus berlanjut di masa yang akan datang sehingga dibutuhkan infrastruktur jaringan gas yang handal dan pasar yang memadai.
“Ini agar, seiring meningkatnya produksi gas di masa yang akan datang, maka infrastruktur gas harus sudah disiapkan, agar ketika proyek hulu migas sudah selesai, maka industri pengguna gas dapat terhubung ke sumber gas di hulu,” imbuh Hudi.
Berdasarkan data SKK Migas, lifting (salur gas) per Maret 2024 mencapai 5.367,7 BBTUD. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.109,6 BBTUD atau sebesar 77% dialokasikan untuk pasar domestik dan kelebihannya sejumlah 1.258,1 BBTUD atau sekitar 23% diekspor, terdiri dari ekspor LNG 18,52% dan ekspor gas melalui pipa ke Singapura 4,91%.
Sebagaimana diketahui, sebanyak 7 sektor industri penikmat Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) saat ini terdiri atas sektor industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, hingga sarung tangan karet. Seluruhnya mendapatkan pasokan gas di bawah harga pasar yakni US$ 6 per MMBTU.