Perang Nuklir di Depan Mata? AS Respons Putin Kerahkan Nuklir

President Joe Biden, center, speaks as Australian Prime Minister Anthony Albanese, left, and British Prime Minister Rishi Sunak listen at Naval Base Point Loma, Monday, March 13, 2023, in San Diego, as they unveil, AUKUS, a trilateral security pact between Australia, Britain, and the United States. (AP Photo/Denis Poroy)

Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan akan segera mengerahkan senjata nuklir taktisnya ke Belarusia. Hal ini terjadi saat eskalasi geopolitik antara Moskow dan Barat terus memuncak apalagi terkait perang di Ukraina.

Dalam keterangannya, Putin mengungkapkan Moskow akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan khusus untuk senjata nuklir taktis di Belarusia pada awal Juli. Sistem rudal jarak pendek Iskander menjadi misil yang akan ditempatkan di sekutunya itu.

Hal ini menimbulkan reaksi dari sejumlah negara. Termasuk ‘lawannya’ di Perang Dingin, Amerika Serikat (AS).

Dalam pernyataan terbaru, dikutip Senin (27/3/2023), AS mengatakan AKAN terus memantau implikasi dari rencana Rusia untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Tapi, belum akan “menyesuaikan” strategi senjata nuklirnya.

“Kami belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklir strategis kami sendiri atau indikasi Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel dalam sebuah pernyataan kepada CNN International.

“Rusia dan Belarusia telah membahas pergerakan senjata ini selama beberapa waktu, setelah membuat banyak pernyataan sepanjang tahun lalu.”

Namun sebelumnya, Washington sebenarnya telah menjelaskan kepada Putin bahwa akan ada ‘konsekuensi’ untuk setiap penggunaan senjata nuklir di Ukraina. Bahkan konsekuensi akan berlaku walau yang dipakai adalah perangkat taktis dengan hasil rendah.

Sayangnya AS sengaja tidak menjelaskan apa yang akan terjadi. Berbicara pada bulan Oktober 2022, Presiden AS Joe Biden juga menegaskan peringatan itu.

“Tidak bertanggung jawab bagi saya untuk berbicara tentang apa yang akan atau tidak akan kami lakukan,” katanya sebagai tanggapan atas kemungkinan penggunaan nuklir oleh Rusia.

“Kesalahan bisa terjadi, salah perhitungan bisa terjadi, tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi dan itu bisa berakhir di armageddon (kiamat),” Biden mengisyaratkan lagi.

Perlu diketahui, Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak. Ini sekitar 550 lebih banyak dari Amerika Serikat (AS).

Secara total, baik Rusia dan AS memiliki lebih dari 90% hulu ledak dunia. Meskipun SIPRI mengatakan China pun tengah berekspansi dengan perkiraan lebih dari 300 silo rudal baru.

SIPRI mengatakan jumlah global hulu ledak nuklir turun menjadi 12.705 pada Januari 2022 dari 13.080 pada Januari 2021. Diperkirakan 3.732 hulu ledak dikerahkan dengan rudal dan pesawat, dan sekitar 2.000, hampir semuanya milik Rusia atau AS, disimpan dalam status kesiapan yang tinggi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*