Pasar keuangan Tanah Air mampu mencatatkan kinerja menggembirakan pada perdagangan kemarin Kamis (9/2/2023) setelah nyaris sepekan terakhir tertekan imbas pidato pejabat The Fed yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menghijau, dan rupiah mampu menguat.
Dari sisi IHSG pada penutupan perdagangan kemarin berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,35% ke 6.799,79. Dengan ini indeks acuan Tanah Air mampu menghijau 2 hari beruntun memperpanjang reli pada hari sebelumnya.
Terdapat 254 saham menguat, sebanyak 253 saham menurun dan 225 lainnya stagnan alias tidak berubah.Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,55 triliun dengan melibatkan18 miliar saham.
IHSG secara eksklusif diperdagangkan di wilayah positif dan menyentuh level tertinggi di 6.824,66 serta melanjutkan tren penguatan perdagangan kemarin. Asing tercatat melakukan aksi beli (net buy) jumbo sebesar Rp 531,99 miliar di pasar reguler.
Melansir dari Revinitiv, ada 8 dari total sektor menguat. Sektor energi menjadi sektor yang paling menguntungkan IHSG menguat 0,69% disusul sektor konsumen primer 0,65%. Sementara sektor konsumen non-primer menjadi yang paling beban melemah 0,60%. Berikut rinciannya.
Dari pasar keuangan lain Rupiah kembali tak berdaya di hadapan dolar AS. Nilai mata uang rupiah akhirnya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melansir dataRefinitiv,, rupiah ditutup di posisi Rp 15.420/US$1. Rupiah menguat tipis 0,06%.
Rupiah melemah dalam dua hari sebelumnya karena pelaku pasar khawatir dengan kemungkinan bank sentral AS (The Fed) yang akan tetap agresif.
Potensi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya, berpotensi mendorong penguatan dolar Amerika Serikat (AS) lebih lanjut. Sehingga membuat tekanan pada nilai tukar rupiah.
Tiga indeks utama Wall Street terpantau ambles pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023) waktu New York karena investor bersiap untuk laporan tenaga kerja utama pada Jumat yang akan memberikan sinyal secara gamblang dan menentukan arah suku bunga ke depan.
Dow Jones Industrial Average turun 510 poin, atau 1,5%, sedangkan Nasdaq Composite turun 2%. S&P 500 turun 1,8%.
Sektor keuangan SVB merosot 60% setelah mengumumkan penjualan saham senilai US$ 1,75 miliar, mendorong kapitalisasi pasarnya turun menjadi US$ 6 miliar dan turut menyeret turun bank regional lainnya. Sementara itu, saham Silvergate anjlok lebih dari 42% di tengah kabar tutupnya operasi.
Kerugian tersebut mendorong sektor keuangan S&P turun 4,1% untuk hari terburuk sejak Juni 2020. Pemimpin keuangan Bank of America dan Wells Fargo juga terpukul, masing-masing jatuh lebih dari 6%.
“The Fed telah mengubah narasi yang mendorong saham lebih tinggi untuk sebagian besar Januari dan akhir Desember,” kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments dikutip CNBC International.
“Pasar menguat dengan asumsi bahwa Fed akan berhenti menaikkan suku bunga, akan berhenti di musim panas atau dalam waktu dekat. Powell memperjelas bahwa bukan itu masalahnya.
“Tampaknya tidak ada data yang menunjukkan bahwa Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga,” kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments dikutip CNBC International.
“Banyak investor menjual laporan pekerjaan untuk mengurangi risiko mereka, dan menemukan nilai dalam aset yang kurang berisiko seperti obligasi yang menawarkan hasil yang menarik.” tambahnya.
Investor sudah menerima banyak kabar tentang kondisi pasar tenaga kerja menjelang laporan nonfarm payrolls hari Jumat mendatang yang begitu diawasi ketat. Investor percaya ini adalah kunci untuk melihat lebih jelas seberapa besar langkah The Fed untuk kembali mengerek suku bunga ke depan.
Sementara itu, kemarin Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret naik lebih dari yang diharapkan, data ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja mungkin mulai melambat.
Sebelumnya kalau kita tinjau kembali, laporan penggajian ADP dan data JOLTS pada hari Rabu (8/3/2023) menunjukkan ekonomi yang tangguh, meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed membutuhkan lebih banyak kenaikan untuk memperlambatnya.
“Mengingat berita baik adalah berita buruk bagi pasar, kami pikir ini kemungkinan akan menyebabkan ekuitas untuk menjual lebih lanjut dan mendukung kemungkinan kenaikan Fed yang terlalu besar,” kata Saunders.
Pergerakan indeks hari ini terjadi datang sehari setelah Powell mengulangi pesan peringatannya kepada anggota parlemen bahwa bank sentral dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Sementara ketua Fed menekankan bahwa belum ada keputusan yang dibuat mengenai pertemuan Maret, para investor bersiap untuk kenaikan yang lebih besar dari perkiraan menyusul serangkaian data ekonomi yang kuat dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Kamis (9/3/2023), menurut alat FedWatch CME Group para investor memperkirakan peluang sekitar 61% dari kenaikan 50 basis poin.
Wall Street yang berakhir melemah membawa potensi perlemahan pada perdagangan hari ini. Apalagi, indeks acuan Tanah Air sudah menguat pada perdagangan kemarin sehingga mendorong aksi profit taking.
Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi atas pengumuman sejumlah data ekonomi yang menjadikan sinyal-sinyal bagi para investor sejauh mana The Fed akan mengambil langkah untuk mengerek suku bunga yang lebih tinggi.
Apalagi imbas pidato Powell pada Selasa dan Rabu pekan ini tak satupun membawa kabar menggembirakan bagi pasar. Powell mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut membuat kegalauan pasar keuangan semakin nyata.
Kali ini, investor masih memasang mode wait and see data ekonomi penting dari laporan nonfarm payrolls hari Jumat mendatang yang begitu diawasi ketat. Investor percaya ini adalah kunci untuk melihat lebih jelas seberapa besar langkah The Fed untuk kembali mengerek suku bunga ke depan.
Investor sudah menerima banyak kabar tentang kondisi pasar tenaga kerja menjelang laporan tersebut. Kemarin Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret naik lebih dari yang diharapkan.
Klaim pengangguran awal mencapai 211.000 untuk pekan yang berakhir 4 Maret, angka ini menjadi level tertinggi tahun ini dan sejak 24 Desember. Sementara, klaim lanjutan juga mencapai level tertinggi tahunan yang berada di angka 1,718 juta untuk pekan tanggal 25 Februari sekaligus mencatatkan level tertinggi sejak 17 Desember.
Data ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja mungkin mulai melambat.
Sebelumnya kalau kita tinjau kembali, laporan penggajian ADP dan data JOLTS pada hari Rabu (8/3/2023) menunjukkan ekonomi yang tangguh, meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed membutuhkan lebih banyak kenaikan untuk memperlambatnya.
Dua kali Powell berpidato tepatnya pada Selasa (7/3/2023) dan Rabu (8/3/2023) tak ada satupun yang membuat investor lega. Kedua pidatonya memunculkan kecemasan bahwa suku bunga akan terus naik beberapa waktu ke depan.
Ini dipicu oleh data ekonomi AS yang masih terlihat kuat, utamanya dari data tenaga kerja. Powell menilai kenaikan suku bunga saat ini belum mampu menekan inflasi ke target mereka di kisaran 2%. Data-data terbaru juga menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.
Untuk diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu yang membawa suku bunga pinjaman semalam ke kisaran target 4,5%-4,75%.
Nilai tukar rupiah dikhawatirkan terus melemah jika The Fed sangat agresif ke depan. Pasalnya, kenaikan suku bunga The Fed akan membuat dolar AS semakin menarik sehingga investor lebih memilih melepas rupiah dan beralih ke dolar AS.
Seperti diketahui, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps sejak Agustus 2022 menjadi 5,75% pada saat ini. BI memilih menahan suku bunga di level 5,75% pada Februari 2023 dan mengisyaratkan tidak akan ada kenaikan ke depan.
Suku bunga acuan BI saat ini di level 5,75% dengan menghitung The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan hingga 5,25%.
Dari Negeri Tirai Bambu, inflasi China melambat pada Februari karena konsumen masih tetap berhati-hati mengeluarkan uang mereka meskipun kontrol pandemi nol-Covid yang ketat telah berakhir tahun lalu.
Berdasarkan data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Kamis (9/3/2023), menunjukkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Februari 2023 tercatat 1%, sekaligus menjadi laju paling lambat sejak Februari 2022. Inflasi itu turun dari bulan sebelumnya sebesar 2,1% yoy.
Inflasi pada Februari juga berada di bawah estimasi dalam jajak pendapatReuterssebesar 1,9% yoy. Adapun, pemerintah telah menetapkan target inflasi pada 2023 sebesar 3%.
Secara bulanan (month-to-month/mtm) terjadi deflasi 0,5% pada Februari 2023, berbalik dari inflasi 0,8% mtm pada bulan sebelumnya dan di bawah ekspektasi inflasi sebesar 0,2% mtm.
Sementara itu, Parlemen China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi secara konservatif yakni sekitar 5%. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa pembuat kebijakan menyadari terdapat hambatan ekonomi yang masih sulit untuk diselesaikan.
Perekonomian terbesar kedua di dunia itu telah mengalami pemulihan tentatif dari gangguan Covid-19 sambil menghadapi permintaan yang lebih lemah di luar negeri dan penurunan properti domestik.
Ekonom mengatakan China tetap akan melihat tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang, sebagian besar berkat berakhirnya upaya untuk menekan Covid-19.
Dari dalam negeri, data penjualan eceran menjelang Ramadan masih lesu. Kenaikan penjualan hanya terjadi pada kelompok makanan, minuman & tembakau, serta kelompok sandang.
Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan eceran pada Februari 2023 atau sebulan menjelang lebaran juga melandai.Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2023 tercatat 205,2 atau terendah dalam tiga bulan terakhir.
Secara tahunan, indeks sudah tumbuh 2,6% tetapi secara bulanan (month to month) masih terkontraksi 1,4%.Artinya, indeks sudah terkontraksi secara dua bulan beruntun.
Berikut beberapa agenda penting terkait data ekonomi yang akan rilis hari ini:
Data pengeluaran rumah tangga Jepang (06:30)
Data indeks harga produsen Jepang (06:50)
Kebijakan suku bunga BoJ (10:00)
Data inflasi Jerman (02:00)
Data pertumbuhan ekonomi Inggris (02:00)
Data produksi manufaktur Inggris (02:00)
Data neraca perdagangan Inggris (02:00)
Pidato pejabat 2 ECB (04:00)
Data Non Farm, Manufacturing, Governance Payrolls AS (08:30)
Data tingkat pengangguran AS (08:30)
Selain itu, hari ini setidaknya ada beberapa agenda korporasi, diantaranya:
Rapat Umum Pemegang saham Luar Biasa (RUPSLB) LABA, IPO dan penerbitan Warrant Seri 1 NSSS.
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional: